Al Mudzillu (Yang Maha Menghinakan)
Saturday, April 6, 2013
0
comments
Lafal Al-Mudzillu mempunyai arti atau mengandung makna bahwa Allah Subhanahu Wata'ala, adalah Dzat yang menundukkan orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya.
Berakhlak dengan kedua ism ini mengharuskan seseorang agar memuliakan kepada siapa yang diperintahkan supaya dimuliakan dan menghinakan kepada siapa yang diperintahkan supaya dihinakan.
Khasiatnya
Ism Al-Mudzillu menurut beberapa pendapat jika dibaca sebanyak tujuh puluh lima kali kemudian ia berdoa di dalam sujudnya, niscaya ia akan bebas dari dalam penjaranya dan akan selamat dari gangguan orang-orang yang dengki dan aniaya.
Al Mudzill secara bahasa berarti menimpakan kehinaan. Allah Al Mudzill, artinya Allah menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki menurut hikmah kebijaksanaan-Nya. Misalnya, Allah menghinakan orang-orang musyrik, kafir, dan munafik karena kedurhakaan mereka.
Allah memiliki otoritas untuk memuliakan dan menghinakan hamba-Nya. Seorang hamba dimuliakan karena amalnya, demikian juga hamba yang lain dihinakan karena perbuatannya. Allah memuliakan dan menghinakan hamba-Nya atas dasar ilmu juga keadilan-Nya. Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya, tetapi hamba itulah yang mendzalimi dirinya sendiri.
"Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." [Q.S. Ali 'Imran: 26]
Seorang muslim yang memahami Asma Allah yang satu ini senantiasa waspada dan hati-hati, sebab bisa jadi kehormatan dan kemuliaan yang kini disandangnya menjadi batu ujian yang justru bisa membalikkan posisinya.
Jika saat ini diberi amanah harta dan kekayaan, ia tidak bangga apalagi menyombongkan diri. Ia tetap tawadhu (rendah hati) sekalipun kekayaannya melimpah, anak buahnya banyak, dan orang lain memberi penghormatan karena kebaikan dan kedermawanannya. Ia sadar bahwa harta dan kekayaannya adalah amanah dan titipan Allah agar ia mampu membagikan kesejahteraan kepada yang lain. Ia menyadari bahwa dirinya hanyalah perantara untuk menyejahterakan kaum fakir dan miskin.
Seorang Muslim yang menyadari hakikat Asma Allah, Al-Mudzil senantiasa hati-hati dalam menggunakan harta kekayaannya. Ia tidak semena-mena membelanjakannya, apalagi untuk kemaksiatan. Sebaliknya, seluruh hartanya hanya dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menyantuni fakir miskin, keperluan dakwah dan jihad fi sabilillah.
Pangkat dan jabatan tak jarang menjadikan manusia lupa diri. Dengan pakaian seragam militer, polisi, dokter, atau kepegawaian, kadang seseorang merasa terhormat. Apalagi jika di pundaknya atau di dadanya terselip simbol-simbol tertentu. Tiba-tiba timbul dalam dirinya keinginan untuk dihormati dan dihargai. Ia merasa lebih dari yang lain. Hatinya merasa terkoyak bila ada orang yang tidak memedulikannya.
Di dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa orang-orang yang menjauhkan diri dari Allah dan mengingkari ayat-ayat-Nya akan ditimpakan kehinaan. Salah satu dari mereka adalah orang-orang Yahudi, sebagaimana diceritakan dalam Al Qur'an, "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan." [Q.S. Ali 'Imran: 112]
"Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan (akan mendapat) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan..." [Q.S. Yunus: 27]
Untuk lebih menghayati Asma Allah, Al-Mudzil, berikut ini kami kutipkan hadits qudsy dalam kitab Al-Ghazali. Allah berfirman,
“Wahai manusia! Wahai budak-budak uang! Aku menjadikan uang agar engkau dapat menikmati rizki-Ku, mengenakan pakaian-Ku, dan agar kalian semua bertasbih dan menyucikan diri-Ku. Tetapi ternyata kalian mengambil kitab suci-Ku, lalu engkau letakkan di belakangmu dan engkau mengambil uang lalu engkau letakkan di atas kepalamu. Kau agung-agungkan rumahmu dan kau remehkan rumah-Ku. Sungguh engkau bukanlah manusia pilihan, bukan orang-orang yang merdeka. Tapi engkau adalah para budak dunia. Sekumpulan manusia sepertimu laksana kuburan yang dibangun dengan tembok. Sepintas dari luar tampak cantik molek, tetapi di dalamnya jelek. Begitu pula dengan sikapmu, sepintas kalian berbuat baik, simpatik, dan penuh kasih kepada orang lain dengan mulutmu yang manis dan perbuatanmu yang manis memikat, tetapi sesungguhnya hatimu keras dan kasar, serta budi pekertimu sangat nista. Wahai manusia! Bersihkan perbuatanmu dari noda, lalu mintalah kepada-Ku. Sungguh Aku memberi kepadamu lebih banyak lagi dari apa yang dimintakan para peminta.”
Akhirnya, marilah kita berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat. Sungguh Engkau tidak pernah mengingkari janji. [Q.S. Ali 'Imran: 194]
0 comments:
Post a Comment