As-Sami' Yang Maha Mendengar
Sunday, April 7, 2013
0
comments
Semua ucapan, pikiran, desiran daun dan segala gerak-gerik makhluk tak luput dari jangkauanNya, semua terdengar dengan jelas meski terkadang ada yang menyembunyikan
Allahlah yang mendengar semua yang terucap, terlintas dalam pikiran
dan akal, apa yang dirasakan dalam hati. Gemericiknya air, gemerisiknya
dedaunan kala ditiup angin, bahkan bunyi jejak langkah kaki semut Allah
mendengarnya dengan jelas. As-Sami’ Yang Maha Mendengar, adalah sifat kesempurnaan karena lawan katanya tuli, sebagai sifat kekurangan.
Ada dua tingkat kesempurnaan yang relatif dan mutlak. Kesempurnaan
mutlak tidak bergantung pada alat, keadaan, atau batasan. Sedangkan
kesempurnaan yang relative tergantung pada alat, keadaan dan tebatas.
Alam semesta sejak penciptaan awal hingga akhir dari satu sisi ke sisi yang lain tanpa terputus, segala bunyi dan suara selalu mengiringi penciptaan ini. suara ini terkadang ada yang mampu didengar oleh manusia, sebagaimana halnya suara ledakan keras, ada pula yang tidak terdengar oleh pendengaran manusia.
Alam semesta sejak penciptaan awal hingga akhir dari satu sisi ke sisi yang lain tanpa terputus, segala bunyi dan suara selalu mengiringi penciptaan ini. suara ini terkadang ada yang mampu didengar oleh manusia, sebagaimana halnya suara ledakan keras, ada pula yang tidak terdengar oleh pendengaran manusia.
Suara ini tidak ada yang hilang dari catatan As-Sami’ dalam buku
besar yang tersimpan dalam lauhul mahfudz. Semua suara dan bunyi dari
makhluk di alam semesta terjejak dengan rapi, penuh makna. Jika suara
ini adalah pertanyaan, maka Allah menjawabnya, jika sebuah tuntutan,
maka akan dipenuhiNya, jika ini adalah sebuah salah, maka akan
ditunjukkan jalan kebenaran olehNya.
Allah Maha mendengar segala keluh, gundah, kegelisahan, dan kehampaan
kita. Hanya dengan isyarat dalam hati Allah mampu mendengar. Tak perlu
kita melenguhkan suara kita untuk memohon kasihNya. Hanya dengan
ungkapan air mata, Allah sudah memahami apa yang kita inginkan.
Allah dengan sengaja menciptakan dua telinga untuk kita, agar kita
lebih banyak mendengar suara-suara di sekeliling kita. Mendengar suara
rintihan kaum papa yang mengharap pertolongan sesama. Mendengar
nasihat-nasihat yang datang dari berbagai penjuru arah untuk memaknai
kebesaran As-Sami’, mencintai sifat-sifatNya yang sempurna.
Ini semua merupakan bukti, bahwa Allah ada di sekeliling kita dengan
segala jejak yang ditinggalkanNya melaui suara-suara hidayah alam.
Sehingga kita bisa menyadari, menemukan dan mencintaiNya dimanapun kita
berada.
Di saat kita merasa hampa dan tiada berdaya, hanya Allah mampu
mendengar apa isi hati kita. Segala yang tak terucap dari lisan, Allah
tahu dengan sejelas-jelasnya. Allah tidak akan pernah bosan mendengar
segala pinta dan asa kita.
Maha MendengarNya, tidak hanya di alam nyata, di alam ghaib Allah
menguasaiNya. Sebagaimana firmanNya dalam surat Al-An’am 59, “Dan pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan
Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (Q.S. Al-An’am 59)
Menyebut asma As-Sami dalam setiap dzikir kita semakin menambah
kedekatan kita kepadaNya. Memuja sifat dan mengamalkan dalam kehidupan
akan membawa kita kepada kepekaan untuk lebih memahami kekuasaaNya.
Pernahkah kita mendengar detak jantung yang memompa darah kita setiap
harinya? Atau suara helaian nafas yang keluar dari rongga dada ini?
Begitu pun dengan desir aliran darah yang menjalari? Semua anggota tubuh
kita, tiada berhenti memujanya. Hanya keterbatasan pendengaran kita
yang membuat segalanya menjadi kabur tertutup oleh hijab kekhilafan
kita.
Allah dalam hadis qudsi mengungkapkan, “Tidaklah seorang hamba-Ku
mendekati-Ku dengan terus menerus bersikapa taat kecuali Aku akan
mencintaiNya dan jika Aku mencintaiNya, maka Aku akan menjadi
telinganya yang dengannya dia mendengar dan menjadi lidahnya yang
dengannya dia berbicara dan menjadi tangannya yang dengannya dia
menggenggam.”
Semoga pendengaran kita semakin mengasah kepekaan kita untuk merasakan keindahan semesta dan penciptaNya.
0 comments:
Post a Comment