Yang Maha Tinggi
Friday, May 17, 2013
0
comments
Sucikanlah Nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. (QS. Al-A’la: 1)
Kata Al-Aliy dalam Al-Qur’an terdapat sebelas kali, sembilan di
antaranya merupakan Asma Allah yang dirangkai dengan Asma-Nya yang lain.
Dirangkai dengan kata Al-Kabir sebanyak lima kali, dirangkai dengan
Al-Adzim dua kali, dan disambungkan dengan kata Al-Hakim sebanyak dua
kali.
Dalam Al-Qur’an juga ditemukan penggunaan bentuk superlatif dari kata
Al-Aliy, yaitu Al-A’la (yang Lebih Tinggi) sebagaimana yang tercetak di
awal tulisan ini. Bahkan Al-Qur’an juga mengabadikan klaim Fir’aun yang
mengaku sebagai Tuhan Yang Lebih Tinggi, dengan kata-kata yang populer:
Ana Robbukumul a’la. Hingga Allah merendahkan dan
menghancurleburkannya.
Allah adalah Tuhan Yang Maha Tinggi (Al-Aliy). Dia mengalahkan dan
menaklukkan seluruh yang ada, dan tak satu pun di antaranya yang mampu
menolak titah dan ketentuan-Nya. Termasuk manusia yang kafir, boleh jadi
mereka menentang Allah, tapi fisiknya pada akhirnya menyerah terhadap
ketentuan-Nya. Mereka menjadi tua, lemah, sakit-sakitan, dan kemudian
mati. Tak seorang manusia kafir pun yang dapat menepis ketentuan ini.
Apalagi makhluk yang lain, semua tunduk patuh, bahkan senantiasa
bersujud kepada Allah, bertasbih. Al-Qur’an menyebutkan: “Apakah kamu
tidak mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di
bumi, matahari, bulan, bintang. Gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar dari manusia? Dan
banyak di antara manusia yang (tidak menjalani sujud) telah ditetapkan
azabnya.” (QS. Al-Hajj: 18).
Sujud adalah simbolisasi dari “merendah” serendah-rendahnya. Pada
posisi sujud, kepala atau kening kita yang menjadi simbol kehormatan dan
kemuliaan kita justru langsung menyentuh bumi yang sehari-hari kita
injak dan rendahkan. Itulah posisi terbaik kita sebagai hamba ketika
berhadapan dengan Allah SWT. Itulah sebabnya, dalam posisi seperti itu,
ketika solat, dianjurkan kepada kita untuk membaca: “Subhana rabbiyal
a’la,” Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi.
Sujud hanya boleh kita lakukan kepada Allah SWT. Kita tidak boleh
sujud kepada siapa pun, dan kepada apa pun, karena Allah telah
memuliakan kedudukan kita sebagai manusia. Kita adalah makhluk yang
terhormat, mulia, lagi sempurna. Sangat naif jika kita bersembah diri
kepada sesama manusia, apalagi kepada jin atau setan yang justru pernah
diperintah Allah secara langsung bersujud kepada kita. Sungguh aneh jika
ada orang yang takut, apalagi taat kepada jin dan setan.
“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu kepada
Adam, maka bersujudlah mereka semua, kecuali Iblis. Dia enggan dan
sombong karenanya dia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah:
34)
Kita adalah hamba Allah yang paling sempurna, karenanya kita harus
meneladani sifat Allah, Al-Aliy dengan jalan menghiasi diri kita dengan
himmah (ambisi positif) untuk meraih kemuliaan dan derajat yang tinggi.
Caranya sederhana, lakukan hal-hal yang mulia dan bernilai tinggi, dan
jauhi hal-hal yang rendah, remeh-temeh. Hidup kita hanya sekali, untuk
itu yang sekali itu harus bernilai tinggi.
Untuk mencapai maqam yang tinggi, kita harus melewati aqabah (jalan
mendaki), suatu jalan yang mengharuskan para pendakinya senantiasa tegar
menghadapi goda dan teguh dalam cita-cita. Di setiap kelokan tak jarang
dijumpai sorak-sorai yang merayu dan juga yang menakut-nakuti. Hanya
pendaki istiqamah yang tetap sabar meniti pendakian hingga mencapai
kemuliaan, ketinggian, sekaligus kebahagiaan dunia dan akherat. (Hamim Thohari)
0 comments:
Post a Comment